Sabtu, 27 Oktober 2012

Rumah Mbelin Ajijulu, Riwayatmu Kini

Tuesday, January 10, 2012, 00:23 AM
Oleh: Betlehem Ketaren SH (Medan)*
Sebagai orang Karo, kita patut bermegah hati karena masih dapat melihat dengan mata kepala kita sendiri maupun melalui mata hati kita, betapa mulianya nilai-nilai peradaban yang kita warisi, sebagaimana melekat pada segala sesuatu (baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud) dari estafet kehidupan nenek moyang kita selama kurun waktu beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun.
Rumah adat Karo sebagai salah satu peninggalan nenek moyang kita dapat dikatakan merupakan salah satu maha karya manusia sepanjang sejarahnya, karena keunikan arsitekturnya, kekokohannya, keartistikannya, karena bersifat religius dan komunal, dan mungkin satu-satunya rumah kayu yang besar (dapat dihuni sampai delapan atau 12 keluarga) serta tinggi (sampai sekitar 20 meter) dalam pembangunannya sama sekali tidak menggunakan satu buah paku besi pun jua.
Namun demikian sangat disayangkan, rumah Karo sebentar lagi akan tinggal kenangan semata. Selain dari pada kehancuran massal rumah adat Karo pada masa revolusi kemerdekaan dengan strategi “bumi hangus”, rumah-rumah adat Karo yang tersisapun kini telah dalam keadaan luluh lantak karena dimakan usia, kurang perawatan, ketiadaan usaha restorasi serta telah ditinggalkan penghuninya karena tinggal di rumah adat kini dianggap sebagai kolot.
Rumah Mbelin sebagai rumah Siwaluh Jabu Sangkep Nggeluh Sinuhaji, Sinursur Nini Lau Melas, misalnya, satu-satunya rumah adat Karo di Desa Ajijulu Kecamatan Tigapanah. Sebagaimana pengamatan penulis Senin (9/1), kini kondisinya sangat memprihatinkan (lih. Gambar-gambar). Walaupun hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari Jambur dan Kantor Kepala Desa, suasana “lain” kental terasa bila berada di dalamnya karena adanya percampur-bauran antara gelap pekat hitamnya bekas asap dinding dan langit-langit rumah dengan terang benderang sinar mentari.
Atap telah lebar menganga; balok-balok yang patah hampir keluar dari persendiannya menopang beberapa kayu besar sebagai “tekang” dan “tunjuk langit”. Tiang-tiang kayu sebagai fondasi utama rumah sebahagian telah kempes dimakan rayap, berusaha sekuat tenaga menopang kemiringan rumah jangan bertambah. Apa mau dikata, Rumah Adat Karo, Riwayatmu kini…
* Penulis adalah Sekretaris Lembaga Pusaka Karo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar