PERAYAAN PASKA PERBAPAN KATOLIK PAROKI BERASTAGI MERIAH
BETLEHEM KETAREN. BERASTAGI. Dua ribuan umat Paroki St.
Fransiskus Asisi Berastagi berkumpul di halaman Gereja Inkulturatif Karo
hari ini [Minggu 15/4] merayakan missa Paska dan aneka festival yang
diikuti kaum bapa dalam rangka pemeriahan pesta Paska.
Missa yang dipimpin P. Stefanus Sitohang OFM Cap. bersama P. Leo Joosten Ginting OFM Cap., P. Cyrus Simalango OFM Cap., P. Marianus Simanullang OFM Cap. dan P. Michael Hutabarat OFM Cap. dengan thema: “Malem me ate kalak si tek man bangKu aminna pe Aku la iidahna!” (Yoh 20: 29b) berjalan dengan anggun dan agung. Terasa mengalir dalam suasana liturgis, sekaligus meriah dengan nyanyian-nyanyian Paska berkat dukungan koor inti dari Stasi Sampun.
“Quo Vadis Perbapan Katolik? Kala dunia terasa tanpa sekat dewasa ini, kadang-kadang kita membuat sekat-sendiri dalam rumah tangga maupun dalam perpulungen. Karena gusar akan kelangsungan kemajuan pendidikan anak-anak, kuatir akan kemajuan rumahtangga dengan berbagai kesulitan yang sedang dihadapi, bijaksanakah kalau perbapan, pernanden dan anak-anak sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri dan dengan komunikasi yang minimalis?” demikian tanya P. Stefanus diawal kotbahnya.
“Murid-murid Yesus sendiri berada dalam kegusaran ketika ditinggal mati peminpinnya. Mereka bertanya Qou Vadis Tuhan, Quo Vadis kami: kemanakah akan mengadu, kemanakah akan berlalu!. Salam Mejuah-juah Yesus membuat mereka bangkit dan mengerti arti kebangkitan Tuhan. Kiranya demikian seharusnya terjadi pada perbapan Katolik!, bangkit dan bergerak dalam membina keluarga serta terlibat dalam perpulungen!”, lanjut pastor itu.
Di akhir missa, ketika P. Leo Joosten mengumumkan bahwa P. Cyrus dan P. Marianus akan pergi bermissi ke Kim-Bim, Jayawijaya, Papua, suasana berubah menjadi sedikit sendu. Apalagi ketika Dewan Pastoral Paroki mengalungkan stola dari uis beka buluh kepada kedua pastor yang pindah tugas, ibu-ibu serta Mudika kelihatan banyak menyeka muka karena tetesan air mata. Sehabis missa umat tak terbendung lagi menyalami kedua pastor itu sambil mengucapkan “selamat jalan”.
Tanpa menghiraukan turunnya gerimis, perbapan dari ke-45 stasi se Paroki Berastagi menggelar penampilan terbaiknya, baik dalam Festival Tari Persembahan, Kiiz, Koor maupun pada Perlombaan Merangkai Bunga Altar. Semangat mereka semakin menggebu. Apalagi setiap mereka berlomba selalu diiringi alopa-alopa sorak sorai pernanden pendukung dari stasi masing-masing.
Dalam kata sambutannya di penghujung acara, Zakaria Sinuhaji selaku Pelaksana Dewan Pastoral Paroki didampingi segenap anggota Dewan mengucapkan terimakasih dan salut kepada Tepu Valentina br. Sitepu dan kawan-kawannya yang nota bene semuanya pernanden yang menjadi panitia Paska Perbapan ini.
“Ini pesta unik, pesta ini pesta perbapan namun panitianya pernanden!” kata Sinuhaji dan disambut riuh sorak sorai pernanden.
sumber : http://www.sorasirulo.net
Missa yang dipimpin P. Stefanus Sitohang OFM Cap. bersama P. Leo Joosten Ginting OFM Cap., P. Cyrus Simalango OFM Cap., P. Marianus Simanullang OFM Cap. dan P. Michael Hutabarat OFM Cap. dengan thema: “Malem me ate kalak si tek man bangKu aminna pe Aku la iidahna!” (Yoh 20: 29b) berjalan dengan anggun dan agung. Terasa mengalir dalam suasana liturgis, sekaligus meriah dengan nyanyian-nyanyian Paska berkat dukungan koor inti dari Stasi Sampun.
“Quo Vadis Perbapan Katolik? Kala dunia terasa tanpa sekat dewasa ini, kadang-kadang kita membuat sekat-sendiri dalam rumah tangga maupun dalam perpulungen. Karena gusar akan kelangsungan kemajuan pendidikan anak-anak, kuatir akan kemajuan rumahtangga dengan berbagai kesulitan yang sedang dihadapi, bijaksanakah kalau perbapan, pernanden dan anak-anak sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri dan dengan komunikasi yang minimalis?” demikian tanya P. Stefanus diawal kotbahnya.
“Murid-murid Yesus sendiri berada dalam kegusaran ketika ditinggal mati peminpinnya. Mereka bertanya Qou Vadis Tuhan, Quo Vadis kami: kemanakah akan mengadu, kemanakah akan berlalu!. Salam Mejuah-juah Yesus membuat mereka bangkit dan mengerti arti kebangkitan Tuhan. Kiranya demikian seharusnya terjadi pada perbapan Katolik!, bangkit dan bergerak dalam membina keluarga serta terlibat dalam perpulungen!”, lanjut pastor itu.
Di akhir missa, ketika P. Leo Joosten mengumumkan bahwa P. Cyrus dan P. Marianus akan pergi bermissi ke Kim-Bim, Jayawijaya, Papua, suasana berubah menjadi sedikit sendu. Apalagi ketika Dewan Pastoral Paroki mengalungkan stola dari uis beka buluh kepada kedua pastor yang pindah tugas, ibu-ibu serta Mudika kelihatan banyak menyeka muka karena tetesan air mata. Sehabis missa umat tak terbendung lagi menyalami kedua pastor itu sambil mengucapkan “selamat jalan”.
Tanpa menghiraukan turunnya gerimis, perbapan dari ke-45 stasi se Paroki Berastagi menggelar penampilan terbaiknya, baik dalam Festival Tari Persembahan, Kiiz, Koor maupun pada Perlombaan Merangkai Bunga Altar. Semangat mereka semakin menggebu. Apalagi setiap mereka berlomba selalu diiringi alopa-alopa sorak sorai pernanden pendukung dari stasi masing-masing.
Dalam kata sambutannya di penghujung acara, Zakaria Sinuhaji selaku Pelaksana Dewan Pastoral Paroki didampingi segenap anggota Dewan mengucapkan terimakasih dan salut kepada Tepu Valentina br. Sitepu dan kawan-kawannya yang nota bene semuanya pernanden yang menjadi panitia Paska Perbapan ini.
“Ini pesta unik, pesta ini pesta perbapan namun panitianya pernanden!” kata Sinuhaji dan disambut riuh sorak sorai pernanden.
sumber : http://www.sorasirulo.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar