PEMBANGUNAN KEMBALI RUMAH GUGUNG
BERJALAN MULUS
BETLEHEM
KETAREN (BERASTAGI)
Pembangunan
kembali Rumah Gugung di kesain Gereja
katolik St. Fransiskus Asisi Berastagi yang dimulai pada tanggal 15 Mei 2012
(baca Sora Sirulo edisi XLVI) berjalan lancar, bahkan Ngampeken Tekang sebagai
pekerjaan terberat dalam membangun rumah adat Karo sudah dapat terlaksana
dengan baik sebagaimana dilakukan pada tanggal 4 Juni yang lalu (lih. kolom
Budaya Sora Sirulo Net).
Dinasti Sitepu, S.Sos selaku kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dan DR. (HC) Kena Ukur Surbakti Karo Jambi selaku
Bupati Karo dengan ijin dan arahan-arahannyanya.
Tabloid
Sora Sirulo serta Sora Sirulo.Net juga besar sekali peranannya dalam
mempublikasikan semua tahapan restorasi rumah ini sehingga dapat berjalan dengan
sungguh baik.
Sebagaimana
terlihat dalam gambar dibelakang fose P. Leo Joosten Ginting bersama utusun Tirto Utomo Foundation yang sedang
belajar arsitektur rumah adat Karo, bambu-bambu sebagai rangka atap dan
kayu-kayu orisinil telah disusun rapi, pertanda pekerjaan-pekerjaan halus
lainnya akan sudah dengan mudah dapat dilakukan.
“Kita
sangat bersukur dengan hibah rumah ini. Kayu-kayu, ijuk bahkan bambu-bambunya
90% ternyata masih dapat dipakai, maka karya restorasi ini sangat mahal
nilainya dari sudut permuseuman” demikian berkali-kali diucapkan P. Leo kepada
Tabloid Sora Sirulo.
Memang
benar apa yang dikatakan P. Leo Joosten. Tabloid Sora Sirulo mencatat mungkin
baru kali ini ada pembangunan ulang rumah adat Karo berhasil dengan bongkar
satu bangun satu. Kita mendengar di Sukajulu untuk membangun kembali satu rumah
adat Karo memerlukan beberapa rumah adat harus dibongkar untuk bahan-bahannya
yang masih terpakai disatukan, demikian juga halnya dengan pembangunan kembali
Rumah Tersek di Balige. Maka sudah tentu semua pihak pada tataran masyarakat
Karo patut bersyukur dengan restorasi rumah Gugung di Berastagi ini.
Ayo-ayo Warna Benalu Siap Dipasang
Selain
ada pande tukang sedang mengerjakan ukiran Embun
Sikawiten i Kapal-kapal rumah,
beberapa orang lagi menaikkan anak-anak kayu sebagai bantalan lantai. Ayo-ayo
rumah dengan warna Benalu (Benang Telu
Rupa): Merah, Putih dan Hitam sudah siap dinaikkan di dua ruang diatas
rumah. Tukang sedang melukis kata: “Rumah Gugung” dan “Mejuah-juah” pada ayo-ayo
sebelum dinaikkan.
Ayo-ayo
yang terbuat dari ayaman bambu ini terlihat demikian artistik dan dengan ketiga
warna ini sengaja dibuat menjadi simbol “raleng tendi” sebagai doa dan harapan mbera kurumah tendi dingen malem me ate kerina
kalak si reh ngenehen rumah adat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar