Minggu, 28 Oktober 2012

NAMPEKEN TEKANG RUMAH GUGUNG HARI INI

NAMPEKEN TEKANG RUMAH GUGUNG HARI INI

BETLEHEM KETAREN. BERASTAGI.

Nampeken Tekang (meletakkan pasak ke puncak tiang-tiang rumah) adalah pekerjaan tersulit dari keseluruhan proses pembangunan rumah adat Karo.

 Bayangkan 3 gelondongan kayu besar (asa dakepen parang mbelin), berdiameter 50-75 cm dengan panjang sekitar 12 m diletakkan di puncak 6 tiang utama rumah adat (benangun).

Nampeken Tekang secara turun temurun adalah upacara adat berupa ritual makan bersama seluruh serayaan (masyarakat yang bergotong royong) bersama pande (tukang) dan guru (dukun).

 Pande mengarsiteki bangunan, dan guru memanjatkan doa-doa serta melekatkan dagangen (kain putih) pada puncak 6 tiang utama (benangun). Kain putih ini disebut juga lanam, karena berfungsi seperti alas kepala untuk binangun menjunjung tekang.

Pembangunan kembali Rumah Gugung asal Dokan (Kec. Merek, Kab. Karo) di Berastagi telah dimulai sejak Rabu [16/5] (baca Tabloid Sora Sirulo Edisi XLVI Juni-Juli 2012, hal. 2). Hari ini, Senin [4/6], telah dilaksanakan Nampeken Tekang. Kegiatan ini berjalan dengan lancar meski tidak dibarengi ritual tradisional.

“Kita menghargai ritual sebagai budaya yang menghidupi nilai kegotongroyongan dengan benar. Tapi sebagai doa, kita tentu berdoa dengan iman kita, menurut cara kita. Kita juga melekatkan dagangen di ujung tiang sebagai lambang doa kita, atau lebih tepatnya membangun rumah Gugung seperti apa adanya,” kata P. Leo Joosten Ginting, menjawab pertanyaan Sora Sirulo sambil menunjukkan dagangen di bawah benangun.

“Kita makan bersama, pada jam yang sama, walau tempatnya berbeda tidak menjadi soal, yang penting kita sehati sejiwa,” lanjutnya sambil bergurau.
“Seratusan Mudika St. Berastagi menawarkan diri bergotongroyong sebagai serayan dalam menaikkan balok, tapi pekerjaan ini terlalu beresiko dikerjakan anak muda,” kata Belman Manalu menambahkan.
Pekerjaan Nampeken Tekang Rumah Gugung dimulai Pkl. 13.30 WIB. Dengan bantuan truk derek terasa sangat gampang, aman dan ringan hingga selesai pada pukul 14.40 WIB.

Valentinus Ginting SS, direktur Museum Pusaka Karo dan segenap pengurus Lembaga Pusaka Karo sebagai kurator museum terlihat puas terhadap kelancaran bagian tersulit dalam pembangunan kembali rumah adat Karo ini.

Sebuah “prasasti” sentuhan tangan Mahasiswa IKIP Medan ditemukan diantara papan Rumah Gugung Dokan.
sumber : http://www.sorasirulo.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar