Sabtu, 27 Oktober 2012

Lomba Ertudung dan Erbulang Menyemarakkan Perayaan Gereja

Saturday, January 14, 2012, 03:43 AM
BETLEHEM KETAREN. Festival Koor, Lomba Vokal Group, Kuiz Kitab Suci, atau Tari Kreasi nampaknya sudah sangat lazim dilaksanakan dalam menyemarakkan perayaan Hari-hari Raya Gereja. Bagaimana dengan Lomba Ertudung dan Erbulang?
           Di seputaran Gereja Katolik, khususnya di Paroki St. Fransiskus Asisi, Berastagi, Lomba Erbulang dan Ertudung kini menjadi agenda tetap Hari-Hari Raya Tahunan. Awalnya dilaksanakan saat Perayaan Paska Rayon Alverna (Sukajulu-Tigajumpa, Kab. Karo) tahun 2009. Selanjutnya, tahun 2010, di Perayaan Paska Rayon San Damiano, lomba Ertudung dan Erbulang menjadi acara favorit. Di Perayaan Natal Rayon Kamerino di Stasi Basam [Minggu [8/1] , lomba yang sama kembali membuat acara menjadi lebih semarak.
            Menurut Rahmat Ginting, selaku Koordinator Seksi Perlombaan, Ertudung dan Erbulang sengaja dipilih mengingat pentingnya ketrampilan Membuat Tudung dan Bulang pada pesta-pesta adat Karo maupun pesta-pesta Gereja.
           “Sungguh ironis, pal. Kita terlambat ke Gereja pada pesta pemasu-masun tumbuk erjabu hanya karena ibu-ibu terlambat datang dari salon untuk ertudung. Apalagi pada pesta-pesta Paroki, banyak sekali ibu-ibu datang ketika missa sudah usai hanya karena ertudung ke salon,” demikian dikatakannya kepada Sora Sirulo.
           “Dalam Ngampeken Bulang, sekarang ini, kita sudah diatur tukang salon. Sudah bayar mahal, kita dijadikan pula simada dareh nomor belakang. Sepertinya, tukang salon saja jadi simada dareh utama sekarang ini,” kata En Ginting, Ketua Rayon Kamerino mengamini Rahmat Ginting.
            Menyaksikan Lomba Ertudung dan Erbulang di perayaan itu menimbulkan kesan bahwa membuat tudung/bulang bukan perkara sulit. Tidak mustahil bisa dilakukan semua orang dewasa. Dengan waktu 15 menit, ditentukan untuk Lomba Ertudung dan hanya 5 menit untuk Lomba Erbulang, semua peserta  melaksanakannya  dengan baik dan tidak kalah cantik dengan tudung atau bulang pesanan.
            Tudung-tudung peserta lomba kelihatan teger dan cocok di kepala sang model. Demikian juga bulang-bulang kelihatan duduk di kepala modelnya. Sora Sirulo melihat umat yang memenuhi Jambur, bahkan penduduk yang tadinya asyik di kede kopi menjadi antusias menyaksikan lomba ini.
            Ketika peserta lomba disuruh berjalan memutar memperagakan tudung dan bulang-bulangnya, diiringi irama odak-odak, mereka seperti   peragawan/peragawati sungguhan. Umat pun berlomba secara spontan menjadi juru foto dadakan. Pesta ini nyata-nyata semakin meriah dan bernilai plus dengan Lomba Ertudung dan Erbulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar